Sabtu, 20 Juni 2009

Tangisan pertama dan terakhir

Tak kala pertama kali kepala sang bayi keluar dari rahim ibunya, maka yang ditunggu-tunggu pertama kali ibu, bidan dan juga ayahnya adalah tangisan dan jeritannya pertama kali. huaaaaaaaaaaa, oek, oek,oeeeeeeeeeekkk.. dan tangisan itu pecah memenuhi ruangan.
Rasa syukur tak terlukiskan setelah mengetahui anaknya selamat, sehat juga lengkap secara lahir dan batin.
Begitupun dengan keadan ibunya, itulah tangisan pertama yang meledak dari seorang bayi.
Selanjutnya diiringi dengan senyuman-senyuman bahagia dari keluarga, saudara-saudara dan tetangga menyambut kehadiran malaikat kecil itu.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun dan si bayi kecil bertumbuh batita, balita anak ingusan, anak iler-an, anak bau kencur, remaja dan akhirnya tumbuh dewasa. Selama pertumbuhan itu, dangat banyak airmata yang telah tumpah baik dari dirinya maupun orangtuanya (wallahu'alam)


Sampai ia berada disuatu keadaan dimana, akhirnya dia bertemu dengan salah satu dari 10 malaikat yang namanya wajib kita ketahui yaitu malaikat israil, sang pencabut nyawa.
Entah bagaimana akhirnya su'ul khotimah atau husnul khotimah. (Tinggal Anda yang memilih caranya)

Saat jasad itu diusung untuk dimakamkan maka tangis dari orang-orang yang pernah tertawa saat kelahirannya dan orang-orang yang hadir didalam hidupnya pun pecah, seraya mengucapkan kata inalilahi wainailaihi rojiun, mereka melepas kepergiannya dari dunia ini. Dan itulah tangisan terakhir yang didengarnya didunia ini.

Teman, mungkin cerita ini dialami dan akan doalami oleh semua orang diawal dan diakhir hidupnya kelak.
Namun, inginkah kamu?
Saat kita hadir didunia ini dalam keadaan menangis, maka mereka tersenyum bahagia menyambutnya.
Dan saat kita pergi dari dunia ini dengan tersenyum bahagia, maka diiringi oleh tangisan mereka melepas kita.

Aku ingnkan itu, bukan mendengar tangisan mereka tapi aku ingin memiliki hati mereka.
Memiliki nilai disaat aku pergi, nilai manfaat dan nilai kepemilikian yang besar.

Semua bisa memilih bagaimana akhir hidupnya, yaitu dengan cara melakukan yang terbaik saat hidupnya kini.
Wallahu'alam bagaimana dengan akhir hidupku nanti?atau akhir hidupmu?

Semoga kita dapat terus berada dalam koridor-Nya.
Amin


Nb: Sesungguhnya yang paling dekat dengan manusia didalam hidupnya adalah kematian.

Wallahu'alam bishowab

Jakarta, 010108 (Dibawah gemerlapnya bintang nan mempesona)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar